Senin, 01 Juni 2009

Taliban Pergi, Pakistan Di Ambang Jatuh Ke Tangan Asing

Pakistan, sebuah negara yang identik dengan kekacauan politik, kudeta militer dan keresahan sosial, berada dalam ambang masa kritis saat ini. Setelah memerangi Taliban dari kota-kota di wilayahnya, seperti Buner dan Swat, sebuah pertanyaan menyeruak: berikutnya apa? Ya, apa lagi kemudian?


Swat dan Valley telah berubah menjadi daerah tribal karena taktik militer hit and run (hantam kemudian kabur). Taliban yang digambarkan oleh AS dan sekutunya demikian beringas dan kejam, nyata sudah tidak berbahaya bahkan bukan sesuatu yang menakutkan sama sekali. Kepergian Taliban dari daerah mereka meninggalkan kekosongan: kota yang mati, pendidikan yang lumpuh, dan iringan penduduk yang kocar-kacir tak menentu—sesuatu yang amat berbeda ketika Taliban menguasai kota-kota ini, ketika menghidupkan denyut nadi kota dan kehidupan di sana.

Kebingungan Pakistan diperparah dengan serangan antah-berantah di jantung militer negara itu di Punjab. Serangan ini memiliki dua makna. Satu, bahwa sebenarnya militer Pakistan bukanlah suatu kekuatan yang kokoh. Kedua, rakyat Pakistan tidak menyukai apa yang dilakukan oleh militer Pakistan selama ini, terutama kolaborasinya dengan militer AS dan sekutu. Bom-bom lain begitu mudahnya bermunculan di seantero Pakistan.

Sekarang ini begitu mudahnyanya melihat mood dari rakyat Pakistan. Barat telah dengan jelas melihat bahwa rakyat sebenarnya lebih memilih sebuah negara yang bersatu di bahwa kendali kelompok yang Barat sebut sebagai militan. Walau ini bukan keseluruhan gambaran, tapi setidaknya itulah suara rakyat Pakistan. Pemerintah Pakistan seperti yang tidak mempunyai strategi dan pemikiran yang jelas, karena sama sekali tidak memperhitungkan lebih dari dua juta orang telah menjalani eksodus masif akibat serangan militer yang membabi-buta. Bayangkan, di Buner, atau Swadi dan Mardan, satu rumah bisa ditempati oleh sekitar 37 orang.

Rakyat demikian marah, karena Peshawar tidak memberikan dukungan apapun. Di sisi lain, pemerintah mereka malah bertindak aneh dengan menyapu identitas rakyat, menutup sekolah untuk anak-anak perempuan, dan mengintimidasi penduduk. Ketika rakyat belajar sesuatu dari kependudukan sesaat Taliban di wilayahnya, pemerintahnya malah sibuk berkongsi dengan Soviet di Islamabad atau Kashmir. Rakyat sudah tidak percaya lagi bahwa tentara mereka akan melindungi mereka.

Ini adalah kali keempat terjadi. Setiap kali militer dan pemerintah berhasil mengusir Taliban, kelompok ini akan terus menjadi semakin kuat ketika kembali, karena dukungan rakyat.

Jika Pakistan terlalu lemah untuk melindungi rakyatnya sendiri dari kekuatan asing, inilah awal dari kejatuhan negeri ini secara langsung dan resmi, dengan tanpa kesadaran dunia internasional. Ancaman itu sama sekali bukan datang dari Taliban. Tapi dekat di Islamabad dan di dinding-dinding pemerintah Pakistan sendiri yang menjalin hubungan dengan siapa. (sa/grdn)

Postingan Terkait Lainnya :


Widget by Astaqauliyah.Com

Comments :

0 komentar to “Taliban Pergi, Pakistan Di Ambang Jatuh Ke Tangan Asing”


Posting Komentar